Banyak
yang memahami PR sebagai sebuah profesi atau aktivitas semata. Padahal public
relation sudah dipelajari sudah sejak
lama sebagai sebuah kajian ilmu. PR sebagai sebuah kajian ilmu bisa dilihat
dari banyaknya jumlah para ilmuan yang mempelajarinya.
Dimulai
dari perkembangan PR sebagai sebuah kajian ilmu. Hanya sedikit informasi yang
dapat diambil dari buku-buku yang ada yang membahas public relations sebagai
kajian ilmu. Pembahasan PR sebagai kajian ilmu sedikit bisa ditemukan dalam
buku Lattimore dkk yang berjudul Public
Relations edisi ke-3 dan beberapa buku lainnya.
Erward
Bernays dalam (Lattimore, dkk., 2010, h.31) menggambarkan public relations
sebagai ilmu pengetahuan dalam meciptakan situasi, mengumpulkan peristiwa yang
dianggap memiliki nilai berita, namun pada saat yang sama berita itu tidak
muncul dipaggung. Dari penjelasan ini didapat titik terang bahwa public
relations ternyata tidak hanya dijadikan sebagai sebuah profesi atau pun sebuah
aktvitas yang berstrategi tapi juga merupakan sebua pengetahun yang perlu
dipelajari dan diajarkan. Karena pentingnya pengetahuan tentang PR ini dan perlunya
disampaikan kepada siapa saja yang ingin mempelajarinya maka Bernays membuat
sebuah buku berjudul Crytilizing Public
Opinion (Lattimore, dkk. 2010).
Pada
tahun 1950 buku Public Realtions seperti Cutlip dan Center 1952 edisi pertama
mengklaim PR adalah dua arah komunikasi dan managemen fungsi, meskipun dua arah
komunikasi masih samar-samar. Sampai J. Grunig 1976 memperkenalkan teori
Organizational ke PR dan mengembangan konsep komunikasi simetris. Broom dan
Smith 1978, 1979 mengembangan konsep PR sebagai peran manager. Dari hal
tersebut para sarjana PR berfikir bahwa PR sebagi disiplin antara management
dan komunikasi (Botan, dkk., 2009, h.23). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari
pernyataan tersebut PR sudah di pelajari dan dikembangkan sebagai ilmu
pengetahuan yang banyak memiliki hubungan dengan ilmu yang lain. Selain itu PR
juga menghasilkan konsep dan juga teori yang mendukung perkembangan PR
selanjutnya.
Kemudian
dilihat dari teori yang digunakan di
dalam PR yaitu seperti penjelasan berikut. Diawali dengan teori sistem dan
kaitannya dengan PR, yaitu Grunig
dan Dozier menyatakan bahwa perspektif sistem menekankan adanya saling
ketergantungan organisasi dengan lingkungan mereka, baik lingkungan internal
maupun eksternal. Menurut perspektif sistem, organisasi bergantung pada sumber
daya dari lingkungan mereka, seperti “bahan mentah, sumber pekerja, klien atau
konsumen yang diberikan atau produk yang mereka hasilkan” . (Lattimore, dkk., 2010, h.52)
Kemudian kaitannya dengan Public Relations,
yaitu Teori Sistem merupakan hubungan yang saling berkaitan satu sama lain
dalam mencapai tujuan organisasi. Contohnya setiap individu baik karyawan
maupun atasan harus menciptakan hubungan baik agar tujuan bersama sebuah
perusahaan tercapai. Jadi, PR lah yang menjaga sistem tetap stabil dan seimbang
sesuai dengan peran masing-masing, seperti yang tercantum dalam kualitas sistem
yaitu balance (Littlejohn,
2002).
Hubungan Teori Sistem tersebut dengan program
kerja perusahaan atau organisasi yang diemban seorang praktisi Public Relations
adalah guna memperoleh citra positif dari khalayak. Selain itu, ia harus
memiliki pengetahuan luas yang kaitannya tentang visi dan misi serta tujuan
dari organisasi atau perusahaan, guna menjawab segala kebutuhan internal dan
eksternal organisasi atau perusahaan tersebut. Sehingga kita tahu bahwa sebuah
PR adalah ilmu yang salah satu teori PR adalah teori sistem yang sangat banyak
dikaji dalam berbagai ilmu.
Teori yang lain adalah yang
diusulkan oleh James E. Grunig dan Todd Hunt. Mereka mengusulkan sebuah teori situasional publik
untuk memberi suatu informasi yang lebih spesifik tentang kebutuhan informasi
mereka. Grunigg dan Hunt berpandangan bahwa publik meliputi mereka yang secara
aktif mencari dan memproses informasi tentang organisai atau satu isu yang
menarik mereka, sampai pada mereka yang menerima informasi secara pasif. Menurut
Grunigg dan Hunt, terdapat tiga variabel yang berpengaruh ketika publik
menerima dan memproses informasi yang terkait sebuah isu, yaitu: (1) Pengenalan
masalah, (2) Pengenalan kendala, dan (3) Tingkat keterlibatan (Lattimore,
dkk., 2010, h.54). Dari sini kita mendapatkan intinya
adalah publik harus bersifat situasional, maksudnya adalah ketika
situasi, problem, peluang, atau isu berubah, maka publik pun ikut berubah.
Daftar Pustaka
Botan, C.H. & Hazletan, V. (1989). Public Relations Theory. Hillsdale: Laurence Erlbaum Associates
Botan, C.H. & Hazletan, V. (2009). Public Relations Theory. Nahwah:
Laurence Erlbaum Associates
Broom, B.M. & Sha, B.L. (2013). Cutlip and Center’s Effective Public
Relations (11th ed.). Harlow: Pearson Education Limited
Lattimore, D., dkk. (2010). Public Relations: Profesi dan Praktik (Edisi
ke-3). Jakarta: Salemba Humanika
Littlejohn,
Stephen W. (2002). Theories of Human
Communication (7th ed.). USA: Wadsworth
Penulis
Mahbub
Fajar Amrillah 145120200111003
Nizar
Aditya 145120200111006
Nur
Chaini 145120200111007
Bayu
Nurindra 145120200111013
Alfariz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar