Kamis, 19 Maret 2015

PEMBUKTIAN BAHWA PUBLIC RELATION MERUPAKAN SEBUAH KAJIAN ILMU


Banyak yang memahami PR sebagai sebuah profesi atau aktivitas semata. Padahal public relation  sudah dipelajari sudah sejak lama sebagai sebuah kajian ilmu. PR sebagai sebuah kajian ilmu bisa dilihat dari banyaknya jumlah para ilmuan yang mempelajarinya.
Dimulai dari perkembangan PR sebagai sebuah kajian ilmu. Hanya sedikit informasi yang dapat diambil dari buku-buku yang ada yang membahas public relations sebagai kajian ilmu. Pembahasan PR sebagai kajian ilmu sedikit bisa ditemukan dalam buku Lattimore dkk yang berjudul Public Relations edisi ke-3 dan beberapa buku lainnya.
Erward Bernays dalam (Lattimore, dkk., 2010, h.31) menggambarkan public relations sebagai ilmu pengetahuan dalam meciptakan situasi, mengumpulkan peristiwa yang dianggap memiliki nilai berita, namun pada saat yang sama berita itu tidak muncul dipaggung. Dari penjelasan ini didapat titik terang bahwa public relations ternyata tidak hanya dijadikan sebagai sebuah profesi atau pun sebuah aktvitas yang berstrategi tapi juga merupakan sebua pengetahun yang perlu dipelajari dan diajarkan. Karena pentingnya pengetahuan tentang PR ini dan perlunya disampaikan kepada siapa saja yang ingin mempelajarinya maka Bernays membuat sebuah buku berjudul Crytilizing Public Opinion (Lattimore, dkk. 2010).
Pada tahun 1950 buku Public Realtions seperti Cutlip dan Center 1952 edisi pertama mengklaim PR adalah dua arah komunikasi dan managemen fungsi, meskipun dua arah komunikasi masih samar-samar. Sampai J. Grunig 1976 memperkenalkan teori Organizational ke PR dan mengembangan konsep komunikasi simetris. Broom dan Smith 1978, 1979 mengembangan konsep PR sebagai peran manager. Dari hal tersebut para sarjana PR berfikir bahwa PR sebagi disiplin antara management dan komunikasi (Botan, dkk., 2009, h.23). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari pernyataan tersebut PR sudah di pelajari dan dikembangkan sebagai ilmu pengetahuan yang banyak memiliki hubungan dengan ilmu yang lain. Selain itu PR juga menghasilkan konsep dan juga teori yang mendukung perkembangan PR selanjutnya.
Kemudian dilihat dari teori yang digunakan  di dalam PR yaitu seperti penjelasan berikut. Diawali dengan teori sistem dan kaitannya dengan PR, yaitu Grunig dan Dozier menyatakan bahwa perspektif sistem menekankan adanya saling ketergantungan organisasi dengan lingkungan mereka, baik lingkungan internal maupun eksternal. Menurut perspektif sistem, organisasi bergantung pada sumber daya dari lingkungan mereka, seperti “bahan mentah, sumber pekerja, klien atau konsumen yang diberikan atau produk yang mereka hasilkan” .  (Lattimore, dkk., 2010, h.52)
Kemudian kaitannya dengan Public Relations, yaitu Teori Sistem merupakan hubungan yang saling berkaitan satu sama lain dalam mencapai tujuan organisasi. Contohnya setiap individu baik karyawan maupun atasan harus menciptakan hubungan baik agar tujuan bersama sebuah perusahaan tercapai. Jadi, PR lah yang menjaga sistem tetap stabil dan seimbang sesuai dengan peran masing-masing, seperti yang tercantum dalam kualitas sistem yaitu balance (Littlejohn, 2002).
Hubungan Teori Sistem tersebut dengan program kerja perusahaan atau organisasi yang diemban seorang praktisi Public Relations adalah guna memperoleh citra positif dari khalayak. Selain itu, ia harus memiliki pengetahuan luas yang kaitannya tentang visi dan misi serta tujuan dari organisasi atau perusahaan, guna menjawab segala kebutuhan internal dan eksternal organisasi atau perusahaan tersebut. Sehingga kita tahu bahwa sebuah PR adalah ilmu yang salah satu teori PR adalah teori sistem yang sangat banyak dikaji dalam berbagai ilmu.
Teori yang lain adalah yang diusulkan oleh James E. Grunig dan Todd Hunt. Mereka  mengusulkan sebuah teori situasional publik untuk memberi suatu informasi yang lebih spesifik tentang kebutuhan informasi mereka. Grunigg dan Hunt berpandangan bahwa publik meliputi mereka yang secara aktif mencari dan memproses informasi tentang organisai atau satu isu yang menarik mereka, sampai pada mereka yang menerima informasi secara pasif. Menurut Grunigg dan Hunt, terdapat tiga variabel yang berpengaruh ketika publik menerima dan memproses informasi yang terkait sebuah isu, yaitu: (1) Pengenalan masalah, (2) Pengenalan kendala, dan (3) Tingkat keterlibatan (Lattimore, dkk., 2010, h.54). Dari sini kita mendapatkan intinya  adalah publik harus bersifat situasional, maksudnya adalah ketika situasi, problem, peluang, atau isu berubah, maka publik pun ikut berubah.


Daftar Pustaka
Botan, C.H. & Hazletan, V. (1989). Public Relations Theory. Hillsdale: Laurence Erlbaum Associates
Botan, C.H. & Hazletan, V. (2009). Public Relations Theory. Nahwah: Laurence Erlbaum Associates
Broom, B.M. & Sha, B.L. (2013). Cutlip and Center’s Effective Public Relations (11th ed.). Harlow: Pearson Education Limited
Lattimore, D., dkk. (2010). Public Relations: Profesi dan Praktik (Edisi ke-3). Jakarta: Salemba Humanika
Littlejohn, Stephen W. (2002). Theories of Human Communication (7th ed.). USA: Wadsworth

Penulis
Mahbub Fajar Amrillah                   145120200111003
Nizar Aditya                                      145120200111006
Nur Chaini                                         145120200111007
Bayu Nurindra                                  145120200111013
Alfariz



Tidak ada komentar:

Posting Komentar